[AbaTabee] Resi Bisma

Saturday, November 17, 2012

Disaat merasa ajalnya sudah dekat, Resi Bisma meminta salah seorang pengawalnya untuk menyampaikan pesan kepada para Pandawa agar datang ke Kurusetra. Saat itu, kondisi Resi Bisma sudah sangat melemah, setelah puluhan anak panah Srikandi menancap di tubuhnya. Perang Bratayudha baru saja usai. Resi Bisma merupakan leluhur Pandawa dan Kurawa yang menjadi salah satu korban dari perang hebat yang berlangsung selama 20 hari itu. Resi Bisma sangat dihormati oleh Pandawa dan Kurawa, karena sejatinya Resi Bisma adalah Raja Hastinapura yang sesungguhnya. Seorang pemimpin yang sakti, namun bijaksana. Dia sangat tahu bagaimana Kurawa mendazalimi Pandawa, sangat tahu siapa yang paling benar antara Pandawa ataupun Kurawa, namun ketika Bratayudha terjadi, Resi Bisma bisa memisahkan antara logika berpikir dan rasa tunduk kepada takdir yang telah ditetapkan. Resi Bisma tetap berperang melawan Indrapasta, tapi berperang untuk Hastinapura tapi bukan untuk Kurawa, dan para Pandawa sangat tahu akan hal itu, sehingga Pandawa masih sangat menghormati Resi Bisma. 
Bratayudha bagaikan kumpulan jutaan takdir para pengikut Pandawa dan Kurawa. Takdir bagi seorang Gatotkaca yang sangat tahu bahwa dia akan mati dalam peperangan ini karena harus menjadi perisai bagi pamannya Arjuna dalam menghadapi kesaktian Adipati Karna yang juga gugur, takdir buat seorang Arjuna yang harus kehilangan anaknya, Abimanyu, takdir buat seorang Resi Dorna  yang harus menjalani hukuman setimpal karena kelicikan akal bulusnya, takdir kematian buat Duryudana dan Dursasana serta seluruh kurawa lainnya yang telah berbuat licik kepada Pandawa selama hidupnya, serta juga merupakan takdir buat seorang Resi Bisma, sebagai seorang satria yang harus mati dalam peperangan. 
Tapi di balik perang Bratayudha tersebut, sesungguhnya yang paling diuji dalam kesabaran, adalah Ibunda dari Pandawa, Dewi Kunti, dan Ibunda dari Kurawa, Dewi Ghandara. Bagaimana tidak, seorang Dewi Kunti dan Dewi Ghandari, melihat seluruh anaknya, cucunya dan seluruh keturunannya saling berperang, sedangkan Dewi Kunti dan Dewi Ghandari berada dalam satu Istana yang sama, duduk berdampingan, bersikap saling menghormati, saling menghargai. Ketika Bratayudha selesai, Dewi Kunti kemudian meminta maaf kepada Dewi Ghandari karena Kurawa, anak Dewi Ghandari, yang berjumlah 99 orang, semuanya tewas terbunuh dalam peperangan. "Itu mungkin sudah takdir dari dewata" ujar Dewi Kunti kepada Dewi Ghandari. Tak lama setelah Bratayudha, Dewi Kunti dan Dewi Ghandari beserta Prabu Destarata kemudian mengasingkan diri bersama, bersemedi, hingga mereka kemudian meninggal bersama.
Setengah berlari, pengawal Resi Bisma menuju ke Indrapasta, kemudian menyampaikan amanat Resi Bisma kepada Yudistira. Tanpa berpikir panjang, seluruh Pandawa ditemani oleh Sri Kresna, menuju ke Kurusetra. 
Sesampainya disana, mereka melihat Resi Bisma masih dalam kondisi tergeletak di tanah, dengan tubuh dipenuhi anak panah Srikandi, Kemudian mereka memberi hormat dan duduk disebelah Resi Bisma. Setelah itu, Resi Bisma menyampaikan kepada Pandawa bahwa ajalnya akan segera tiba, dan ingin memberikan 2 buah nasihat, khususnya kepada Yudistira, yang akan menjadi Raja, pemimpin Hastinapura. Nasihat Resi Bisma itu dikiaskan dalam 2 buah cerita yang intinya agar Yudistira dapat menyayangi rakyat kecil dan harus bijaksana sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan seluruh kebutuhan rakyatnya. 
Melihat semuanya sudah tertidur lelap, Udin kemudian menutup pintu kamar anak-anaknya itu. Udin selalu bersemangat bercerita tentang dunia perwayangan kepada anak-anaknya, hal ini bukan tanpa sebab, Udin pada saat masih kecil, begitu terpukau dengan cerita dunia pewayangan, sebuah dunia yang begitu tampak nyata karena dapat melukiskan tata nilai perilaku manusia dalam bernegara, dalam bermasyarakat, dan dalam menyikapi berbagai persoalan hidup di dunia, sehingga nilai-nilai kebaikan dalam dunia pewayangan itu yang Udin coba ceritakan kepada anak-anaknya sebagai dongeng sebelum tidur.
Malam itu, Udin sangat lelah, pekerjaan yang begitu banyak, seakan menguras tenaga dan pikirannya. Namun, hari itu, tidak mungkin dapat Udin dapat lupakan, karena Udin sudah mendapatkan porsi keberangkatan haji ke tanah suci, Alhamdulillaah. Walau harus menunggu selama 7 tahun, mungkin itu adalah waktu yang telah Allah berikan agar Udin dapat lebih meningkatkan ketakwaannya, sehingga dapat "lulus" menghadapi segala cobaan dan menjadi haji yang mabrur. 
Jam di kamarnya sudah menunjukan pukul 22.30, Udin segera memasang alarm pada pukul 03.15 dan Udin pun tertidur.
16 November 2012
 

[AbaTabee] Undangan

Saturday, November 10, 2012

Udin sedang menunggu nomor antriannya dipanggil. Siang ini, Udin akan ngebuka rekening di salah satu bank syariah yang membuka cabang di kota tercintanya. Wajah Udin nampak berseri-seri, gurat kebahagiaan tidakdapat disembunyikan dari wajahnya. Ya, hari ini, Udin akan membuka rekening di Bank, tapi bukan rekening biasa, tapi rekening tabungan buat Udin naik haji, menjalankan rukun Islam ke lima ke Baitullah, Mekkah al mukarommah, memenuhi undangan dari-Nya. Buat Udin, bisa pergi ke tanah suci itu merupakan salah satu cita-cita hidup yang sudah dinanti-nanti dari sejak dahulu.
Jadi, saat semalam istrinya berkata, "Abi, sepertinya tabungan kita sudah mencukupi buat menjadi dana awal membuka rekening haji, jadi kapan Abi mau daftar hajinya ?" mendengar pertanyaan istrinya itu, Udin terdiam sesaat, berusaha untuk mengatur kesadaran diri, menahan luapan rasa di dada yang justru membuat dada terasa sesak. "Alhamdulillaah, saat - saat seperti ini datang juga" gumam Udin dalam hati. Lalu setelah Udin merasa tenang, lalu dia menjawab pertanyaan istrinya tadi, " Insya Allah secepatnya Nda, mudah-mudahan minggu ini bisa langsung daftar ke kantor Departemen Agama". 
Selesai menjawab pertanyaan istrinya itu, tidak lantas Udin menjadi tenang, tapi justru Udin masih merasa tidak percaya, kalau kesempatan buat naik haji itu akhirnya datang juga. Meski untuk di kota tempat tinggal Udin, antrian kuota naik haji saat sudah menginjak tahun ke 7, maksudnya jika Udin daftar haji tahun ini, mungkin baru bisa berangkat pada tahun 2019 nanti. 
Menurut salah satu referensi, meningkatnya antrian kuota haji ini, dimulai saat adanya skema kredit dari     bank - bank syariah dengan sebutan "dana talangan haji", sehingga seseorang yang sudah mempunyai dana awal yang cukup (biasanya 20% dari ongkos naik haji), sudah dapat membuka rekening haji. Kemudian, Bank akan menutupi terlebih dahulu sisa ONH nya, agar nasabahnya sudah bisa mendapatkan jatah kuota naik hajinya. Kalau sebelumnya, biasanya tidak terjadi antrian kuota haji ini, jadi saat kita daftar ke DEPAG, biasanya pada tahun yang bersangkutan juga sudah bisa naik haji. Pengajuan persyaratan dana talangan haji ke bank itu sangat mudah, hanya tinggal membawa fotocopy KTP, kartu keluarga dan kartu menikah (buat yang sudah menikah). Udin pun memanfaatkan fasilitas dana talangan haji tersebut. Untuk bank yang Udin pilih, Bank Syariah Mandiri, minimal setor uang pertama ke bank tersebut adalah Rp.5.850.000,- selanjutnya, BSM akan menutupi sisa ONH nya, dan dapat dicicil sampai dengan 3 tahun.  
Uang 6 juta sudah ada di tangan Udin. Buatnya, uang sebesar itu adalah uang yang sangat besar, dengan penghasilannya yang pas-pasan dengan segala kebutuhan hidupnya, maka bisa menabung dari sedikit penghasilannya adalah hal yang luar biasa. Sudah seharusnya, Udin sangat bersyukur karena istrinya dapat mengelola keuangan rumah tangganya dengan sangat baik. 
"Nomor antrian B 080, silakan menuju counter 2" terdengar suara dari mesin antrian yang langsung membuyarkan lamunan Udin. Mendengar nomor antriannya dipanggil, Udin segera bangkit dari tempat duduknya, trus berjalan menuju meja customer service. Ruangan di bank yang begitu hening bagi orang-orang disana, terdengar sangat berbeda bagi Udin. karena sesaat Udin berdiri dan kemudian berjalan, entah kenapa, suasana seketika berubah, telinganya langsung mendengar ratusan bahkan ribuan orang melantunkan talbiyah dengan bersuara kencang tapi tidak berteriak, berirama dengan suara penuh makna yang sangat dalam.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”
7 November 2012


[AbaTabee] Bela dan Bella

Friday, November 9, 2012

Jangan pernah menyalahkan kata dari yang mulut anda keluarkan dan bahasa dari yang lidah anda suarakan. Karena pada dasarnya bahasa yang kita gunakan adalah suatu konfigurasi antara lidah dan mulut. Entah apa yang salah, kenapa orang Sunda begitu susah menyebut huruf 'F" dan "V" dengan baik dalam percakapan, dan juga orang suku batak hanya bisa berucap huruf "e" seperti e dengan accent taigu dalam bahasanya Zinedine Zidane.
Satu hal yang selalu saya ceritakan ke setiap orang adalah pengalaman berada dalam 2 organisasi yang hanya berbeda huruf awal, tapi dengan objek yang sama, lalu kedua organisasi itu dapat berjalan beriringan tanpa memperdulikan perbedaan. Objek organisasi itu adalah antara kata Perancis dan Prancis. Tahun 1999,  ketika pertama kali menginjakan kaki di Fakultas Sastra, hati langsung tergelak, menahan senyum terkulum manakala melihat di salah satu ruangan  himpunan mahasiswa, disana tertulis : HIMAPRA, Himpunan Mahasiswa (Bahasa) Prancis dan HIMAPER,  Himpunan Mahasiswa (Sastra) Perancis wkwkwkwk, sangat kreatif. Lalu kemudian, karena saya masuk di sastra Perancis, maka saya masuk menjadi anggota HIMAPER, bukan HIMAPRA. Tapi selama beraktivitas di situ, belum pernah ada sekalipun orang - orang mempermasalahkan hal ini, bahkan mahasiswa sastra Indonesia sekalipun, tidak pernah saya dengar membahas perbedaan Perancis dan Prancis, apa mungkin memang tidak peduli atau memang kata Perancis dan Prancis, dapat digunakan dua-duanya. Moga dugaan saya yang terakhir yang benar.
Coba juga perhatikan tajwidz yang dulu kita pernah pelajari saat masih kecil, saat memulai belajar mengaji. Guru mengaji mengajarkan satu rumus, yaitu iqlab, dimana apabila ada huruf nun mati bertemu dengan huruf "ba", maka nun tersebut berubah menjadi huruf "m", misalnya "min ba'di, maka dibacanya adalah "mim ba'di". Namun ternyata, kalau kita perhatikan dalam bahasa percakapan sehari-hari, khususnya dalam bahasa sunda, terdapat suatu kebiasaan dimana sebuah suku kata yang dimulai m, biasanya jadi diikuti oleh huruf "B". Saya ambil contoh, "samoja" menjadi "samboja"; "selimut" menjadi "selimbut", ada juga contoh2 kata-kata lain, coba anda cari sendiri hihihi.......... Sedangkan buat para ustad, coba anda perhatikan, jika mereka mengucapkan kata yang ada huruf P, pasti akan terdengar seakan-akan mereka berkata dengan huruf "F", hal ini (mungkin) karena dalam bahasa arab tidak ada kata dengan huruf "P", tapi yang ada adalah dengan "f". Hal ini yang saya sering dengar saat Pa Nana, guru ngaji saya, menasihati agar "tidak lufa sholat lima waktu" (menggunakan huruf "f" pada kata "lupa") hihihi. 
Lalu, coba anda suatu waktu datang mengunjungi salah satu sekolah dasar di kota-kota di Jawa Barat pada hari Senin Pagi, disaat mereka sedang melaksanakan upacara bendera. Jangan anda terheran-heran, jika anda tidak mendengar lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan pada saat pengibaran bendera. Tapi yang akan anda dengar adalah lagu "Endonesia Raya" dengan huruf 'E".
Gak adil lah bagi kita untuk mempermasalahkan kebiasaan berbahasa dengan bagaimana seharusnya kita berbahasa. Tapi satu hal yang harus dipahami, satu huruf yang berbeda, dapat memberi arti yang berbeda. Wajarlah jika "Aqua" protes terhadap produsen air mineral yang ber merk "Agua", dan produsen celana jeans "Levi's Strauss" berang menemukan sebuah celana jeans dengan brand "Lepis" hihihi. 
Jadi wajarlah jika seorang Bela kemudian sering protes jika ada seorang kawan menulis namanya dengan huruf double L, menjadi "Bella", bukan gimana gimana, tapi rasanya tidak pantas, jika seorang manusia bernama "Bella" tapi ternyata brewokan dan berjanggut. 

29 Oktober 2012
at

ala bumbaaa... Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino