[AbaTabee] Saya Muslim

Sunday, September 30, 2012

Perlu suatu objektivitas yang tinggi manakala kita mencoba bicara tentang paham atau aliran – aliran yang ada di Islam di Indonesia. Ya Kenapa di Indonesia ? karena konon katanya, di Arab Saudi atau di Timur Tengah nya sendiri tidak ada paham atau aliran ini. Disana  pada umumnya terbagi hanya menjadi 2 (dua) saja, yaitu aliran syiah dan sunni. 
Tapi di Indonesia sendiri, aliran-aliran itu terbagi menjadi 4 (empat) aliran mayoritas, Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) dan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Khusus yang ke empat ini, saya masih harus mendalaminya lebih jauh lagi. Tapi buat NU, Muhammadiyah dan Persis rasanya waktu masa-masa sekolah, begitu sering dibahas tentang perbedaan dan karakter ibadah seseorang yang meyakini salah satu dari 3 mahdzab tersebut. Kalau dilihat dari kacamata historis, perkembangan ketiga mahdzab ini tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Indonesia dalam melawan penjajah dahulu. Kecuali Persis, pendiri NU dan Muhammadiyah adalah para pahlawan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara langsung. 
Nahdatul Ulama didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari, Muhammadiyah oleh KH. Achmad Dahlan dan Persis, tidak lah jelas didirikan oleh siapa, tapi Tokoh Pengembangan yang paling kuat adalah A. Hassan. Dalam basis pergerakannya di tanah air, ketiga aliran ini berkolaborasi dalam caranya masing – masing untuk membesarkan agama Islam di Indonesia. Bisa dilihat dalam jejak langkahnya selama ini. NU lebih focus kedalam jalur politik, Muhammadiyah kepada jalur pendidikan dan Persis kepada jalur tata cara ibadah. Sehingga jangan lah heran, kalau para tokoh NU adalah para tokoh politik di tanah air, dan hampir di setiap kota, terdapat sekolah dasar hingga universitas muhammadiyah. Dalam tata cara beribadah, akan tampak secara nyata perbedaan seseorang yang meyakini NU, Muhammadiyah dan Persis. Beberapa ciri menonjol yang ada dalam setiap aliran itu adalah “shalawatan” di NU, Hisab Wujudul hilal di Muhammadiyah dan Tatacara sholat seorang Persis. 
Shalawatan di NU menjadi suatu hal yang sangat wajib bagi para kaum nahdiyin, Shalawat dengan cara berteriak mengagungkan keesaan Allah Swt dan juga kebesaran Rasulullaah SAW. ‘Semakin keras anda berteriak, maka semakin itu bagus” begitu menurut salah nahdiyyin yang saya kenal baik. Biasanya dilaksanakan setiap selesai sholat. Jujur, saya sering mengikuti shalawatan yang seperti ini,  namun entah kenapa, hati ini kok tidak sreg ya. Saya lebih senang dengan cara berteriak dalam hati daripada berteriak lantang. 
Adapun Hisab Wujudul Hilal yang diyakini oleh Muhammadiyah, selalu menjadi penyebab terjadinya start yang berbeda dalam penentuan 1 Ramadhan dan 1 syawal di Indonesia sehingga 2 lebaran sering terjadi saat ini. Hal ini tidak menjadi masalah. Namun, hingga saat ini, saya lebih sering mengikuti instruksi pemerintah saja. Bukan karena saya seorang abdi negara, tapi  hati memang lebih sreg mengikuti apa yang ditetapkan oleh Pemerintah. 
Sementara, jika anda mendengar Iqomat dengan ucapan “Allahuakbar” hanya satu kali, kemudian langsung sholat tanpa baca niat (Usholli…..dst) dan menggerak-gerakan telunjuk saat itidal, maka dia pasti seorang Persis. Hati saya lebih sreg yang ini. Hanya saja, seorang Persisian seringkali terlalu yakin akan keyakinan, sehingga menganggap hal lain itu adalah sebuah bid’ah yang harus ditinggalkan. Padahal dalam da’wah, nampaknya perlu ada proses perubahan, dan biarkan proses itu terjadi secara alamiah. Dengan demikian, output dawah itu sendiri akan lebih mengakar dan menyebar di masyarakat muslim lainnya. 
Saya bukanlah NU, Muhammadiyah ataupun seorang Persis Saya hanyalah Muslim (04/09/2012)



[AbaTabee] Anti Kemapanan

Entah kenapa……dalam sejarah sebuah klub sepakbola ataupun sebuah Negara, terdapat suatu era atau jaman keemasan dimana klub sepakbola mentorehkan sejarah dengan berprestasi mentereng dalam beberapa tahun, tidak terkalahkan dalam puluhan pertandingan dan para pemainnya mendapatkan penghargaan dalam berbagai versi dan katagori. 
Saat ini, klub yang sedang berada dalam puncak tertinggi prestasinya yaitu Barcelona dimana pada tahun 2010 – 2011 berhasil meraih 11 trophi kejuaraan. Luar biasa. Dengan sentuhan Pep Guoardiola dalam meracik dan meramu jurus-jurus untuk mengalahkan lawan-lawannya, Barcelona seakan-akan tidak tertandingi. Tiki Taka demikian nama yang diberikan untuk taktik yang digunakan oleh Barcelona pada jaman Pep Guardiola. Pemain Barcelona merupakan gabungan dari pemain tim nasional Spanyol sebut saja, Valdes, penjaga gawang Timnas setelah Cassilas, Puyol, seorang bek tangguh, Xavi Hernandes dan Andres Iniesta dua orang playmaker dunia, Cesc Fabregas, seorang pemain tengah yang bisa diplot sebagai striker dan juga tentunya seorang striker haus gol, David Villa. Dengan dukungan pemain seperti itu saja, sebuah tim pasti sudah kuat, terlebih lagi dukungan dari para pemain amerika selatan yang memang sudah dikenal sebagai gudangnya pemain sepak bola dunia, khususnya Negara Brasil dan Argentina. 
Lionel Messi menjadi bagian terpenting dari sejarah Barcelona. Seorang striker mungil dari Argentina berturut – turut menjadi pemain terbaik Eropa dan Pemain terbaik dunia. Lionel Messi bagaikan menjadi mesin gol buat Barcelona. Dalam penilaian game sepakbola, Championship Manager, untuk Lionel Messi nampaknya akan diberi nilai 10 dalam urusan mencetak gol.  Saat menggiring bola memasuki daerah pertahanan lawan, bola itu tidak pernah terlepas dari kakinya, seperti menempel erat di kedua kakinya, hal ini tentu sangat menyulitkan buat para pemain belakang, salah sedikit menyetop bolanya, akan terjadi pelanggaran. Dan Jika dilakukan di kotak pinalti, maka hukuman setimpal berupa penalti akan diberikan oleh wasit. 
Prestasi Barcelona ini mengingatkan kepada kurun waktu tahun 1988 – 1994 dimana saat itu AC Milan lah yang berada dalam puncak keemasan sejarah klub itu. Pemain yang menjadi fenomena saat itu adalah trio Belanda, Gullit – Van Basten – Rijkaard. Trio tersebut didukung oleh pemain –pemain tim nasional Italia yang menjadi legenda juga bagi Italia, sebut saja Franco Baresi, Paolo Maldini, Costacurta, Dona doni. AC Milan saat itu bak tim nasional Italia ditambah dengan trio Belanda. Dapat dibayangkan, klub mana yang tidak segan dengan kekuatan AC Milan saat itu. 
Namun satu hal yang menarik, adanya suatu prestasi emas dalam sebuah klub itu, membuat hati ini selalu mendukung tim-tim yang justru ber rival dengan tim itu. Saat ini Real Madrid menjadi pilihan, dan saat itu, Juventus lah yang menjadi pilihan. Tujuannya satu, ingin membuat suatu keseimbangan. Sangatlah gembira pada kompetisi tahun 2011 – 2012 ketika Real Madrid menjadi juara Liga Spanyol dan Barcelona tidak lagi menjadi juara Liga Champions. Pada waktu itu, sangatlah gembira saat AC Milan mengalami kekalahan yang pertama kalinya dalam kompetisi liga italia setelah kurang lebih 50 kali pertandingan tidak terkalahkan.
Pertanyaannya kenapa selalu tidak menyukai suatu klub yang sedang mengalami masa keemasan ?
Apakah termasuk karakter orang yang anti kemapanan ? *siapa tahu
 
5 September 2012


Sumber: http://abatabee.blogspot.com/2012/09/anti-kemapanan.html

[AbaTabee] Titik Tengah

“Bekerja dalam sebuah tim itu menyenangkan”  setuju atau tidak ?
Untuk yang setuju,  mungkin anda orang yang sangat percaya bahwa distribusi pekerjaan itu akan lebih mempercepat penyelesaian pekerjaan dan tentunya akan lebih meningkatkan kualitas dari pekerjaan itu sendiri. Selain itu, jika dilihat dari sisi personal character, pasti anda termasuk orang yang senang ber ramah tamah, easy going, dapat ngobrol berjam-jam tentang hal yang ringan-ringan atau bahkan tidak penting sekalipun, dan yang pasti pasti sangat jago ber basa-basi J. Selain itu, mempunyai sifat toleran yang sangat tinggi. 
Untuk anda yang tidak setuju, mungkin anda termasuk tipikal orang yang tidak mudah mempercayai orang lain, mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi terhadap sesuatu, perfeksionis, lebih cenderung mendahulukan ego, tidak terlalu toleran terhadap sesuatu, dan kaku dalam berinteraksi dengan sekelilingnya, mempunyai sifat jumawa, sangat percaya diri dan merasa lebih pintar dari orang lain.
Ah, dua jawaban sebenarnya bukan suatu jaminan tentang karakter seseorang. Kalau boleh berkaca kepada diri sendiri, seringkali kita menempatkan diri di 2 posisi tadi. Terkadang merasa ingin bekerja dalam sebuah tim yang utuh dan juga seringkali ingin bekerja sendiri saja, menyelesaikan semuanya sendiri.  Karena jujur, tidak mudah untuk bekerja dalam tim itu, tidak mudah. Banyak individu yang terlibat berarti banyak pemikiran yang harus didiskusikan, banyak keinginan yang harus kompromikan dan banyak penyakit-penyakit hati yang muncul, misalnya amarah, rasa kesal dan tenggang rasa. 
Belum lagi kalau kemudian disadari bahwa ternyata kemampuan setiap individu di tim tersebut berbeda, misalnya si A sudah menguasai level G dengan baik, sedangkan si B baru menguasai level c saja. Perbedaan kemampuan itulah  yang harus bisa ditengahi oleh setiap individu. Yang sudah expert jangan terlalu percaya diri dan yang masih amatir jangan terlalu rendah diri. Percayalah, perbedaan dalam kemampuan itu masih ditangani dengan cara lebih mudah dibandingkan dengan adanya perbedaan sifat dan karakter setiap individu. Peningkatan kemampuan itu bisa diobati dengan melakukan pelatihan, tapi jika ada perberdaan sifat, maka wassalam lah jawabannya heuheu. Jangankan mengharapkan output pekerjaan yang diharapkan, bisa berkumpul  dan berdiskusi pun akan sangat sulit. 
Tapi jika kita mencoba mengerjakan sesuatu sendirian juga bukanlah suatu hal yang mudah. Adanya keterbatasan dari sisi waktu, dari sisi pemikiran, dari sisi financial (mungkin), ataupun dari sisi dukungan sarana dan prasarana menjadi sebuah obstacle yang harus dapat dihadapi dan dilewati. Ujung-ujungnya kita sering menjadi merasa di antara titik tengah bekerja didalam sebuah tim ataupun bekerja secara individu. 
Solusinya sangat sederhana, biarkan diri kita berada di dalam zona tengah tersebut. Biarkan diri menyesuaikan segala sesuatunya secara alamiah. Daya adaptasi seseorang ketika bekerja dalam tim akan sebanding dengan daya survive seseorang ketika bekerja sendiri. Tergantung hati kita menikmati semua itu atau tidak. 
Selamat berada di titik tengah……….. (6 September 2012)

[AbaTabee] Belajar tanpa Guru dan Kurikulum !!

Saturday, September 29, 2012

Masalah klasik dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah permasalahan budaya. Maksudnya, karena demokrasi masih dianggap hal baru, komunitas baru, lingkungan baru dimana para politisi dan partai politiknya, masyarakat, dan regulasi-regulasi yang mengaturnya sebagai komponen dari demokrasi,  maka interaksi dari komponen tersebut nantinya akan menghasilkan satu budaya demokrasi yang baru pula. Budaya yang diharapkan muncul, tentunya budaya demokrasi yang baik, santun, dan budaya yang sifatnya people oriented, berorientasi kepada kesejahteraaan rakyat dan kemakmuran bangsa, bukan sebuah budaya yang sifatnya orientasi kepada kepentingan penguasa, partai politik dan kepentingan segelintir orang. 
Guna menghasilkan budaya yang baik, santun dan people oriented itu, tentunya akan terjadi apabila para politisi dan partai politik dapat mengenyampingkan kepentingan individu dan golongannya, masyarakat secara luas mendapatkan pendidikan dan sosialisasi tentang proses demokrasi yang baik dan benar, dan yang terakhir, tapi mungkin ini yang paling penting adalah adanya regulasi yang dapat mengatur semua proses demokrasi itu secara baik dan benar, mengakomodir semua kepentingan, dan lebih mengu tamakan kepada kedaulatan Negara sebagai Negara hukum  yang berdemokrasi.  Poin penting dari dukungan regulasi yang mumpuni adalah  harus adanya sifat Negarawan dari para ahli hukum tata Negara kita, misalnya Prof. Yusril Ihza Mahendra, Prof. Ryaas Rasyid dan para ahli lainnya. Mereka sesungguhnya yang bisa mengontrol proses perkembangan kehidupan demokrasi  di Indonesia agar tidak salah jalan, tidak kebablasan. Mereka seyogyanya tidak terjebak oleh politik praktis, sehingga pemikiran-pemikiran objektifnya dapat  lebih dioptimalkan demi kemajuan proses demokrasi di Negara kita. 
Lalu, budaya demokrasi seperti apa yang sekarang terjadi di masyarakat ? bagaimana budaya yang terbentuk diantara para calonlegislatif saat akan dilaksanakan Pemilu Legislatif ? Bagaimana budaya yang terjadi diantara para calon presiden saat akan dilaksanakan pemilu pilpres ? Bagaimana budaya yang muncul saat akan terjadi Pemilihan Kepala Daerah dimana para petahana (kepala dan wakil) kembali mencalonkan dengan pasangan masing – masing ? Bagaimana budaya politik saat akan terjadi pemilihan kepala desa dimana mayoritas penduduk desa belum mengenyam pendidikan politik yang memadai ? 
Khusus untuk budaya saat akan Pemilihan Kepala Daerah dimana para petahana kembali mencalonkan. Hal ini yang paling rawan konflik dibandingkan dengan proses demokrasi yang lainnya. Kenapa begitu ? karena para petahana itu cenderung menggunakan berbagai infrastruktur dan suprastruktur pemerintahan yang ada dengan agar dapat terpilih menjadi kepala daerah. Dan itu lazim terjadi. 1 sampai dengan 2 tahun terakhir kepemimpinannya, maka dipastikan mereka umumnya tidak focus kepada pemerintahannya, tidak khawatir jikalau pencapaian visi-misi pembangunan daerahnya tidak sesuai dengan target yang ditetapkan, tapi lebih khawatir dengan jabatannya yang akan segera berakhir, lebih khawatir jika tidak terpilih kembali. Agaknya mereka-mereka itu sangat percaya dengan pameo yang menyebutkan bahwa “berhasil atau tidaknya seorang kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya selama 5 tahun itu, ditentukan pada masa pilkada setelahnya, jika terpilih kembali maka kepala daerah itu berhasil melaksanakan tugasnya, namun jika kalah, maka kepala daerah itu gagal dalam melaksanakan tugas”.  
Indonesia memang sedang belajar berdemokrasi, namun belajar mandiri tanpa guru yang pasti dan kurikulum yang memadai.
(7/09/2012)


[AbaTabee] 11 Orang Saja

Ada satu buah pertanyaan yang selalu membuat bibir ini tersenyum kecut, karena sampai sekarang tidak pernah tahu apa orang lain juga mempunyai pertanyaan yang sama atau setidaknya orang lain tahu jawaban dari pertanyaan itu. Pertanyaannya seperti ini : “masa dari 250 jutaan penduduk Indonesia, sekali lagi ya, dua ratus lima puluh juta penduduk Indonesia, anggap saja 50% penduduknya adalah laki laki, jadi masa dari 125 juta penduduk laki-laki se Indonesia, tidak ada 11 orang, sekali lagi ya, sebelas orang saja yang sangat jago bermain bola ? “ xixixixi
Kalaulah pemain bola itu adalah dilahirkan, diturunkan secara genetis, apa tidak ada genetis seorang penduduk Indonesia yang dapat menghasilkan atlet sepakbola sekaliber lionel messi di Indonesia ? jujur, saya tidak percaya. Saya yakin ada. Saya yakin ada. 
Pertanyaan dan pernyataan tadi salah satu bentuk rasa kesel terhadap prestasi sepakbola tanah air ini yang sangat jeblok, minim prestasi di tingkat internasional.  Terlalu jauh membayangkan di tingkat Dunia atau di tingkat benua Asia, untuk level asia tenggara yang notabene hanya diisi oleh Negara-negara berkembang juga, Indonesia sudah lama tidak berprestasi, baik itu di ajang Seagames, atau di piala AFF, dulu Piala Tiger.
TIdaklah jika saya menyimpulkan, kalau sampai seumur saya sekarang, jadi 30 tahun lebih, pembinaan sepakbola di Indonesia seperti jalan di tempat. Meski sudah berkeringat, seakan – akan sudah berjalan kaki berkilo kilo meter, tapi ternyata tidak maju-maju, hanya diam di tempat, justru lingkungan sekelilingnya yang terus berubah, berlari mengejar impian, berlari mengejar prestasi.
Lalu kalau boleh menyalahkan, ini salah siapa ? apakah salah Organisasi Pembinanya ? ataukah salah kurikulum sekolah sepak bola yang ada ? ataukah salah pemerintah yang tidak memberikan perhatian lebih kepada sepakbola ? ataukah salah klub-klub sepakbola yang ada ?
Boleh jadi, yang salah itu adalah semua penduduk Indonesia yang masih bermental dijajah, tidak membutuhkan prestasi, tidak membutuhkan jatidiri, pasrah dengan kondisi yang ada, baik itu dari prestasi olahraga sepakbola ataupun olahraga lainnya. Saat ini, memang sudah ada kompetisi yang dikelola secara professional, dimana para pemain sudah di non amatirkan, para klub-klub sepakbola di setiap kota, dimandirikan, dibuatlah aturan oleh Kementerian Dalam Negeri yang dinyatakan bahwa anggaran APBD suatu kota tidak diperkenankan memberikan bantuan hibah kepada klub sepakbola  yang ada dikotanya. Buat sebagian klub yang sudah professional, adanya keputusan itu tentunya melegakan karena berarti sepakbola sudah dianggap sebagai industri, dimana hukum hukum bisnis digunakan, hukum untung rugi menjadi salah satu faktor penting bagi sebuah klub dalam melaksanakan aktivitasnya. 
3 tahun sudah hal itu diberlakukan. Semoga saja, dengan para klub yang ada dipaksa mandiri, maka klub-klub sepakbola itu semakin memperhatikan prestasinya dengan menggenjot para pemain nya untuk lebih dapat berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional, yang pada gilirannya akan memudahkan para pelatih yang ditunjuk menangani tim nasional Indonesia  memilih 11 orang saja dari 125 orang penduduk laki-laki di Indonesia  untuk bisa membawa Tim Nasional Indonesia berprestasi, amin...
 
10/9/2012


[AbaTabee] Majalaya

Pernah denger Majalaya ? buat para sepuh yang tinggal di kota Bandung pasti tidak mungkin tidak tahu dan pasti mengenal dengan baik nama tersebut. Bagaimana tidak………..Pada era tahun “30 – 80’an Majalaya dikenal sebagai kota industry tekstil Indonesia. Majalaya saat itu tumbuh bagaikan sebuah kota mandiri dengan pertumbuhan perekonomian yang tinggi dimana mata pencaharian penduduknya terbagi  kedalam 2 bagian, menjadi pekerja tekstil dan menjadi petani. Padahal pada saat itu, pertanian masih mendominasi mata pencaharian penduduk di wilayah Indonesia. 
Banyaknya pabrik-pabrik tekstil itu memunculkan para juragan tekstil yang (kembali) menjadi “legend”  buat para sepuh-sepuh yang tinggal di kawasan Bandung Selatan. H. Ondjo, H. Syukur, H. Gani, H. Hasan merupakan salah empat dari pada juragan yang penulis tahu akan keberadaannya. Padahal mungkin jumlah juragannya bisa mencapai belasan orang.  Pada umumnya, para juragan itu memiliki rumah di sepanjang kali Citarum yang memang mengalir di tengah –tengah kota. Sehinggal kalau ingin melihat sisa-sisa kejayaan dari para juragan ini, maka lihatlah rumah-rumah gedong yang berada di jalan laswi Majalaya. 
Pada umumnya para juragan tersebut menyekolahkan anak-anaknya di kota Bandung, di SMP atau SMA Pasundan di Alun-alun/kebon kalapa. Menurut cerita salah seorang anak dari para juragan itu.  “ kami dulu dibelikan  rumah di Bandung untuk tempat tinggal karena kebanyakan dari kami bersekolah di Pasundan. Kami diantar jemput ke sekolah menggunakan mobil mercy. Dan setiap weekend pulang ke Majalaya.”   Bagi penduduk yang tinggal di antara kota Bandung dan Majalaya, yaitu Dayeuh Kolot dan Ciparay, melihat mobil mewah yang melintasi jalan raya sudah tidak aneh lagi, karena memang saat itu jalan raya yang digunakan hanya satu dan mobil-mobil para juragan tekstil selalu berlalu lalang mengantarkan juragannya berbisnis ke kota bandung. 
Tapi sekarang……Majalaya tidak ubahnya bagaikan kota terkutuk. Padahal pada masa kejayaannya, Kota Dollar adalah sebutan buat Malalaya karena mampu mengekspor tektil berbagai belahan Negara di dunia.  Kemewahan kota saat ini tidak bersisa. Rumah-rumah gedong yang kosong, itulah sisa kejayaan yang masih bisa kita lihat sekarang. Alun-alun nya tampak sangat semrawut oleh para pedagang kaki lima yang berjualan seenaknya. Kretek/delman membuahkan polusi udara akibat kotorannya yang bersebaran di jalan-jalan. Padatnya penduduk dituding menjadi penyebabnya. Dan Banjir besar setiap tahun akibat luapan Sungai Citarum membuat Majalaya sempurna menjadi kota tak berdaya.
Lalu, kenapa masih banyak orang yang tinggal di sana ? apakah yang menjadi magnet bagi orang – orang tersebut ? apakah faktor sejarah ? atau orang-orang tersebut terjebak tinggal disana ? biarkanlah “the Majalayans” sendiri yang harus menjawab pertanyaan itu semua.
3  September 2012


[AbaTabee] Persib


Persib itu bagaikan indikator kebahagiaan bagi semua warga bandung, ataupun Jawa Barat pada umumnya. Jadi kalau secara ekstrim disebutkan, derajat kebahagian warga Jawa Barat dapat dilihat dari hasil pertandingan. Misalnya, pada hari selasa malam, Persib berhasil menang dalam suatu pertandingan, maka dapat dipastikan, pada hari Rabu pagi, seluruh penduduk (laki-laki) kota bandung akan lebih berbagia. Warga bandung akan tidur dengan perasaan gembira pada malam itu. Hal itu terus berlanjut pada saat bangun pagi, ketika mata terbuka, kemudian melakukan aktivitas rutin pagi hingga solat subuh, setelah itu akan langsung mencari media cetak (Koran pagi) dan langsung mencari berita tentang kemenangan persib dan tidak perlu susah mencarinya, karena dengan magnet persib yang begitu kuat, maka sang pemimpin redaksi Koran tersebut pasti akan menjadikan kemenangan persib itu headline di halaman 1. Lucunya, selesai membaca semua artikel tentang persib di satu surat kabar, misalnya Pikiran Rakyat, maka tidak segan dan tidak sayang kemudian mencari loper Koran yang dekat dengan rumahnya dan membeli Koran satu lagi, misalnya kotan TRibun Jabar untuk kembali mencari berita tentang kemenangan Persib. Dalam pikirannya itu, Selain ada informasi tambahan yang mungkin didapatkan, tapi nampaknya kepuasan hati lebih mendominasi pada saat membaca berita tentang kemenangan Persib tersebut.
Parahnya, hal itu  berlangsung pula sebaliknya………jika Persib kalah dalam suatu pertandingan, misalnya pada selasa sore atau malam, maka pada malam itu juga, langit bandung seakan-akan buram, tanpa cahaya bulan. Aura udara malam terasa lebih lembab, yang membuat nafas warga Bandung lebih berat dan sesak. Para pengemudi mengendarai kendaraannya penuh dengan emosi, para  tukang becak memakirkan becanya lebih cepat karena rasa mumet yang melanda. Terlebih lagi, pelatih dan para pemain Persib, harus bersiap menerima “cacian” warga yang kesal karena kekalahan itu. Dan pada malam itu, umumnya Warga Bandung tertidur dengan perasaan kecewa yang mendalam. Kekesalan itu pun terus berlanjut pada saat bangun pagi. Selesai solat subuh, tidak akan segera mencari Koran pagi karena tahu, pasti berita kekalahan Persib akan (tetep) menjadi headline surat kabar itu. Judul berita nya biasanya seperti ini “ Persib tersungkur, kalah 0 – 2 dari Si A” ataupun “Persib kalah menyakitkan” ataupun juga “ Persib dicukur AC Milan 0 – 5”. 
Demikian dahsyatnya pengaruh sebuah klub sepakbola bagi para fansnya. Para fans bola itu berani berkorban apapun demi kejayaan dan kemenangan timnya itu. Fanatik ! Sehingga muncul berbagai slogan slogan yang mengekspresi kan perasaan nya kepada tim kesayangannya : Aing Persib, Persib Nu Aing, PERSIB Hirup Paeh Aing………..dan mereka menamakan dirinya bermacam ada Viking, Bomber, ada juga Persib Stones, namun para juru tulis lebih banyak menamakan mereka semua itu dengan sebutan “bobotoh”. Sebuah kata yang harus dicari dalam kamus bahasa Sunda. Jangan-jangan kata “bobotoh” itu punya arti lain ? *jadi penasaran
Dengan tingginya pengaruh Persib terhadap kebahagiaan warga Bandung, maka dapatkah indikator  tersebut dijadikan salah satu indikator perhitungan dalam indeks kebahagiaan suatu kota atau Negara ? xixixi Indikator tersebut bisa dinamakan seperti ini :  Tingkat Prestasi Tim Sepakbola di daerah tersebut. Sudahkah ada penelitian tentang hal ini ? adakah para ahli statistik tergerak untuk memasukan indikator ini ? ah..mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti hal ini akan terwujud……entah 30 tahun ataupun 100 tahun ke depan.
1 September 2012, 05.50 WIB



[AbaTabee] 3 P

Friday, September 28, 2012

Salah seorang sepuh yang dianggap menjadi mentor di dalam bekerja adalah Pa Rachmat, seorang Doktor Peternakan,  sebagai bukti penegasan bahwa adanya keterkaitan antara akademisi dengan praktisi dan juga sebagai seorang ilmuwan dengan sebagai pengambil kebijakan. Beliau mengungkapkan tentang misteri huruf P dalam hidup Pegawai Negeri Sipil. 
P yang pertama adalah Pengangkatan. Hal ini menjadi suatu titik awal yang sangat berpengaruh kepada posisi masa depan seorang PNS bekerja, baik dari tempat dimana dia diangkat, pada umur berapa dia diangkat, pada golongan apa dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana proses pengangkatannya itu sendiri, apakah melalui jalur AKABRI atau STPDN, jalur TKK atau Secapa dan atau melalui jalur umum biasa (jalur tangan tuhan) :D 
P yang kedua adalah Pundah Pindah. Hal ini merupakan P yang paling ghaib dari P yang lainnya. Kenapa ? konon katanya, penentuan kepindahan seseorang dari satu jabatan ke jabatan lainnya hanya dalam hitungan menit, bukan jam atau hari, xixixi. Anda boleh percaya atau tidak, tapi memang begitu konon kabarnya yang saya dengar dari orang-orang. Khusus untuk P yang ini, karena ke Ghoib an nya itu, yang sering membuat para PNS merasa gembira dan terpukul dibuatnya. Seorang PNS yang sudah berada di top posisi, kemudian “diparkir” di suatu tempat tanpa fasilitas, kewenangan dan tanpa anak buah yang diyakini oleh banyak orang sebagai tempat siksaan lahir batin. Penyebabnya klasik, masih subjektivitas dari pemegang kekuasaan, entah siapa pun itu yang tidak sepemikiran, tidak dapat support kebijakannya dan tidak loyal secara personal, maka dipastikan akan diparkir ketempat seperti itu. Tapi tidak sedikit P yang ini juga memberi kebahagiaan yang sangat bagi PNS. Hal ini terlihat bagi sebagian PNS yang awalnya ditempatkan di sebuah institusi yang miskin fasilitas dan tunjangan, kemudian dipindahkan ke institusi yang berhak mendapat tunjangan pungutan…….hasilnya, luar biasa…dalam 5 tahun, bisalah terbeli rumah baru, mobil baru dan 1 kolam ikan (balong). 
P yang ketiga itu adalah pensiun. Untuk banyak orang yang sudah well prepared dengan hal ini, tentunya tidak begitu khawatir dengan P yang ini. Selain sudah adanya kepastian mendapatkan jaminan masa depan per bulan dari pemerintah, berbagai jalan keluar juga sudah ditawarkan oleh berbagai asuransi dengan berbagai program tunjangan pensiun yang menjanjikan. Hanya P yang ini sering dikaitkan dengan istilah Post Power Syndrome, suatu penurunan bagi orang-orang yang dulunya ber kewenangan luar biasa dan sangat sibuk dan juga penurunan dari sisi pendapatan.
Selesai 3 P itu, kemudian ada tambahan 1 P lagi yang berlaku bukan hanya buat PNS saja, tapi buat semua orang di dunia ini, yaitu Pupus. Khusus untuk P yang ini tidak akan berkomentar banyak. “Rabbana hawin alaina fii syakarotil mauut, wanajata minnanar waakhwal indal hisaaab”
29/08/2012


PG An-Naas jalan2 ke Padalarang...

Acara ini dah lama banget sih. Tapi pas liat foto nya ko jadi pengen crita. Skarang Tabee dah TK. Acara ini hampir dipenghujung PG nya Tabee. Critanya mau naik kereta ke Padalarang. Untungnya dulu dah pernah dibawa naik kereta 5.000 an ini ke Padalarang (hehehhehe). Seneng banget pastinya anak2 ini ya...

Bareng Dimas (sahabat Tabee)
Berfoto depan kereta
Gak kebayang pasti ributnya didalem gerbong kereta itu. Sayang nihhhhh bundanya gak bisa ikut soalnya gak bisa bolos kerja. Kata nene sih anak2 dikenalin sama semua peralatan yang berhubungan dengan per-Kereta Apian. Mungkin juga salah satu dari anak2 itu ada yang bercita2 menjadi seorang masinis (mungkin gak ya???)

Hayoooo ini apa namanya???
Selain ke Musium kereta Api anak2 juga mengunjungi Art Galery di Kota Baru Parahyangan (KBP). Lupa galery punya siapa hehehhe...Yang pasti anak2 smua disuruh berkreasi di piring yang terbuat dari tanah liat. Mereka mewarnai memakai cat air. Gambarnya sih tampak sudah ada di piring.
Bee...lagi nyontek yaaaa??? xixixixi...
Hasil dari kreasi itu bisa dibawa pulang. Dan Tabee bangga skali menunjukan hasil lukisannya sama bunda n aba and she said "Bundaaaa...tadi Tabee melukis di piring".

Wahhh senangnyaaaa putri bunda udah tau seni. Besok lusa banyak2 berkreasi ya Bee...
Dalam bentuk apapun kreasi itu bunda n aba pasti akan bangga punya seorang Talbeeya El-Shafa.





[AbaTabee] 2 (DUA)

Hari minggu kemaren, saat di Gramedia Trans Studio Mall (TSM), ada sebuah novel berwarna merah dengan judul “2”. Buku dengan tebal kurang lebih 300 – 350 halaman, bisa terbaca hanya dengan waktu 1 jam saja…..tentu dengan melewatkan beberapa bagian dari buku itu. Buku itu menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan penderita obesitas genetis,  namanya Gusni. Poin penting yang didapatkan adalah hidup ini hanya sekali oleh karenanya isi hidup ini dengan impian dan usaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Jadi segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup itu idealnya diciptakan 2 kali, yang pertama diciptakan di alam mimpi dan yang kedua di wujudkan di alam nyata. 
Muka terasa tertampar sesaat setelah membaca buku itu. Kenapa ? ya karena merasa diri ini bekerja di sebuah institusi perencanaan tapi tidak menemukan konsep 2 kali penciptaan dalam buku-buku perencanaan ataupun pernah mendengar para ahli-ahli perencanaan mengungkapkan hal itu. Atau mungkin sebenarnya mereka pernah menggembor-gemborkan hal itu tapi tidak tersebar luaskan dengan merata ? ah, siapa tahu.
Rasa kepuasan terhadap suatu keberhasilan yang direncanakan tentu akan sangat jauh berbeda dibandingkan dengan kepuatasan suatu keberhasilan yang tanpa direncanakan . Keberhasilan yang tanpa direncanakan pantasnya lebih disebut  suatu keberuntungan, sehingga wajar saja banyak orang-orang (kalo boleh) memilih ingin menjadi orang yang beruntung daripada orang yang pintar, manusiawi banget hehe. 
Tapi tidak halnya jika kita bicara dalam konteks pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya di Jawa Barat. karena sampai saat ini, seringkali kita mendengar atau mengungkapkan kata-kata : “Anda sangat beruntung” ataupun “Orang yang paling beruntung”. Tapi tidak pernah ada di masyarakat ataupun di media-media dibahas tentang “pemerintah yang beruntung” ataupun “pemerintahan yang paling beruntung”, padahal jika itu dikaji lebih mendalam, nampaknya banyak daerah atau Negara yang termasuk kategori beruntung, dengan arti tanpa adanya  upaya yang berlebihan dari pemerintahnya, Negara atau pun Daerah tersebut sudah sangat kaya dan penduduknya sejahtera, entah…..
Namun di negeri ini kebanyakan pembangunan masih didasari oleh adanya permasalahan sehingga pembangunan diharapkan dapat menjadi pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Dalam bahasa Koran-koran, pembangunan yang seperti itu disebuat pembangunan konsep pemadam kebakaran, manakala terjadi kebakaran, pemerintah bekerja untuk memadamkannya. Padahal pemerintah harusnya bekerja dengan semangat “bagaimana agar tidak terjadi kebakaran” bukan   “bagaimana caranya memadamkan kebakaran”. 
Setiap pemerintah harus punya mimpi…..setiap kepala negeri ini harus punya mimpi dan  sebarluaskan mimpi itu kepada rakyat nya……tularkan semangat untuk menggapai mimpi-mimpi itu dan biarkan rakyat menjadi saksi bahwa pembangunan di negerinya tercipta 2 kali, sekali di alam mimpi dan sekali di alam nyata……mungkin jika itu terjadi, wajarlah seorang pemimpin pemimpi baru bisa dikatakan berhasil.  

Getting inspired by a novel “2” by @donny5cm             
28082012











Perudangan....

Thursday, September 27, 2012


Penasaran banget pengen bisa masak seafood. Dulu pernah sih coba2 cumi saus tiram dan lumayan lahhhh hasilnya.
Nah, kmaren2 kan sering banget tuh ke HDL (disini enak smua, cuman suka kebanyakn saus di bumbu2nya) or ke Parit (kepiting saus Singapore nya top banget sama kerang saus padang).
Penasaran banget pengen bisa masak bumbu saus padang ala HDL dengan banyak rempah2 di dalem nya.
Ehhh…kebeneran deh…thanks to Aba yang udah bawa udang banyak dari Pangandaran. Jadinya bisa eksperimen dengan berbagai bumbu.

Awalnya bingung mu masak bumbu apa? Lagian ternyata bahan rempah nya pada gak ada. Jadi yaaaa seadanya aja deh. Yang pasti bumbu dasar buatan nene slalu siap sedia di kulkas.
Bumbunya udah di blender (bawang merah, bawang putting, kemiri, ketumbar) slalu menyertai dalam setiap masakan rumah.

Percobaan yang ptama ternyata yang ada cuma sambel del monte yang extra hot, bombay, terasi, tomat, merica dan saus teriyaki. Hmmmm dibuat apa yaaaa…
Tapi penasaran pengen buat saus padang. Ya udah deh jadiin aja, gak tau rasanya gemana heheheh. Pas jadi ternyata hmmmm enak sihhhh, cuma ko ada wangi apa gitu yang aneh. Pas dipikir2 kayaknya dari saus teriyaki xixixiixix. Tapi gak gagal2 amat sih. Cuma karena gak pake cabe rawit jadi rasa pedesnya kurang nendang.

Slanjutnya percobaan kedua. Ini sih udah diniatin pengen kumplit. Jadi pulang dari kantor sempet2in buat mampir ke supermarket biar bisa beli seperangkat rempah2 (salam, serai, daun bawang, dll).
Senangnya bawa rempah2 dan cabe rawit. Pasti jadi nih saus padang nya. Heheheheh…
Masuk ke dapur dengan smua bahan2 yang udah disiapin. Dan ternyataaaa…haduhhh bombay sama tomatnya habis dongggggg. Tapi ya sudahlah kan yang gak ada Cuma 1 item aja, yang lain dah siap jadi maju terus pantang mundur.

Ptama2 tumis dulu daun bawang, cabe rawit dipotong 2 ama terasi setengah dari ukurang sachet. Biar wangi numisnya campur mentega. Nah, kalo aq kana da bumbu andalan nih buatan nene. Jadi gak usah nyiapi bumbu dasar (bawang putih, merah, kemiri ama ketumbar). Langsung aja ambil sesendok diaduk sama tumisan. Trus  smua dimasukin, saus tomat, saus sambel dikit aja (kan dah ada cabe rawit), daun salam, serai, garam, gula putih, merica. Kalo mau wangi bawang sih bisa tabor bawang putih serbuk aja. Smua bumbu sudah kumplit dan barulah masukin udang. Sambil diaduk2 tambahkan air secukupnya. Abis gitu tutup deh wajannya biar bumbu cepat meresap di udangnya.

Stelah kurang lebih 20 menit (gara2 airnya kebanyakan) baru deh di buka sambil diicip2.Waaaaahhhh…pedeshhhhhhhhhhhhhhh bangeud. Berhasilllll…walo kepedesan gara2 cabe rawitnya kebanyakan.

Tapi Alhamdulillah ternyata ci gue bisa juga bikin seperti di HDL.                                          


Tunggu eksperimen berikutnya yaaaaa…  


 


 

ala bumbaaa... Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino