Ada satu buah pertanyaan yang selalu membuat
bibir ini tersenyum kecut, karena sampai sekarang tidak pernah tahu apa orang
lain juga mempunyai pertanyaan yang sama atau setidaknya orang lain tahu
jawaban dari pertanyaan itu. Pertanyaannya seperti ini : “masa dari 250 jutaan
penduduk Indonesia, sekali lagi ya, dua ratus lima puluh juta penduduk
Indonesia, anggap saja 50% penduduknya adalah laki laki, jadi masa dari 125
juta penduduk laki-laki se Indonesia, tidak ada 11 orang, sekali lagi ya,
sebelas orang saja yang sangat jago bermain bola ? “ xixixixi
Kalaulah pemain bola itu adalah dilahirkan,
diturunkan secara genetis, apa tidak ada genetis seorang penduduk Indonesia
yang dapat menghasilkan atlet sepakbola sekaliber lionel messi di Indonesia ?
jujur, saya tidak percaya. Saya yakin ada. Saya yakin ada.
Pertanyaan dan pernyataan tadi salah satu
bentuk rasa kesel terhadap prestasi sepakbola tanah air ini yang sangat jeblok,
minim prestasi di tingkat internasional.
Terlalu jauh membayangkan di tingkat Dunia atau di tingkat benua Asia,
untuk level asia tenggara yang notabene hanya diisi oleh Negara-negara
berkembang juga, Indonesia sudah lama tidak berprestasi, baik itu di ajang
Seagames, atau di piala AFF, dulu Piala Tiger.
TIdaklah jika saya menyimpulkan, kalau sampai
seumur saya sekarang, jadi 30 tahun lebih, pembinaan sepakbola di Indonesia
seperti jalan di tempat. Meski sudah berkeringat, seakan – akan sudah berjalan
kaki berkilo kilo meter, tapi ternyata tidak maju-maju, hanya diam di tempat,
justru lingkungan sekelilingnya yang terus berubah, berlari mengejar impian,
berlari mengejar prestasi.
Lalu kalau boleh menyalahkan, ini salah siapa ?
apakah salah Organisasi Pembinanya ? ataukah salah kurikulum sekolah sepak bola
yang ada ? ataukah salah pemerintah yang tidak memberikan perhatian lebih
kepada sepakbola ? ataukah salah klub-klub sepakbola yang ada ?
Boleh jadi, yang salah itu adalah semua
penduduk Indonesia yang masih bermental dijajah, tidak membutuhkan prestasi,
tidak membutuhkan jatidiri, pasrah dengan kondisi yang ada, baik itu dari
prestasi olahraga sepakbola ataupun olahraga lainnya. Saat ini, memang sudah
ada kompetisi yang dikelola secara professional, dimana para pemain sudah di
non amatirkan, para klub-klub sepakbola di setiap kota, dimandirikan, dibuatlah
aturan oleh Kementerian Dalam Negeri yang dinyatakan bahwa anggaran APBD suatu
kota tidak diperkenankan memberikan bantuan hibah kepada klub sepakbola yang ada dikotanya. Buat sebagian klub yang
sudah professional, adanya keputusan itu tentunya melegakan karena berarti
sepakbola sudah dianggap sebagai industri, dimana hukum hukum bisnis digunakan,
hukum untung rugi menjadi salah satu faktor penting bagi sebuah klub dalam
melaksanakan aktivitasnya.
3 tahun sudah hal itu diberlakukan. Semoga
saja, dengan para klub yang ada dipaksa mandiri, maka klub-klub sepakbola itu
semakin memperhatikan prestasinya dengan menggenjot para pemain nya untuk lebih
dapat berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional, yang pada gilirannya
akan memudahkan para pelatih yang ditunjuk menangani tim nasional
Indonesia memilih 11 orang saja dari 125
orang penduduk laki-laki di Indonesia
untuk bisa membawa Tim Nasional Indonesia berprestasi, amin...
10/9/2012
0 Comments:
Post a Comment