Entah kenapa……dalam sejarah sebuah klub
sepakbola ataupun sebuah Negara, terdapat suatu era atau jaman keemasan dimana
klub sepakbola mentorehkan sejarah dengan berprestasi mentereng dalam beberapa
tahun, tidak terkalahkan dalam puluhan pertandingan dan para pemainnya
mendapatkan penghargaan dalam berbagai versi dan katagori.
Saat ini, klub yang sedang berada dalam puncak
tertinggi prestasinya yaitu Barcelona dimana pada tahun 2010 – 2011 berhasil
meraih 11 trophi kejuaraan. Luar biasa. Dengan sentuhan Pep Guoardiola dalam
meracik dan meramu jurus-jurus untuk mengalahkan lawan-lawannya, Barcelona
seakan-akan tidak tertandingi. Tiki Taka demikian nama yang diberikan untuk
taktik yang digunakan oleh Barcelona pada jaman Pep Guardiola. Pemain Barcelona
merupakan gabungan dari pemain tim nasional Spanyol sebut saja, Valdes, penjaga
gawang Timnas setelah Cassilas, Puyol, seorang bek tangguh, Xavi Hernandes dan
Andres Iniesta dua orang playmaker dunia, Cesc Fabregas, seorang pemain tengah
yang bisa diplot sebagai striker dan juga tentunya seorang striker haus gol,
David Villa. Dengan dukungan pemain seperti itu saja, sebuah tim pasti sudah
kuat, terlebih lagi dukungan dari para pemain amerika selatan yang memang sudah
dikenal sebagai gudangnya pemain sepak bola dunia, khususnya Negara Brasil dan
Argentina.
Lionel Messi menjadi bagian terpenting dari
sejarah Barcelona. Seorang striker mungil dari Argentina berturut – turut
menjadi pemain terbaik Eropa dan Pemain terbaik dunia. Lionel Messi bagaikan
menjadi mesin gol buat Barcelona. Dalam penilaian game sepakbola, Championship
Manager, untuk Lionel Messi nampaknya akan diberi nilai 10 dalam urusan
mencetak gol. Saat menggiring bola
memasuki daerah pertahanan lawan, bola itu tidak pernah terlepas dari kakinya,
seperti menempel erat di kedua kakinya, hal ini tentu sangat menyulitkan buat
para pemain belakang, salah sedikit menyetop bolanya, akan terjadi pelanggaran.
Dan Jika dilakukan di kotak pinalti, maka hukuman setimpal berupa penalti akan
diberikan oleh wasit.
Prestasi Barcelona ini mengingatkan kepada
kurun waktu tahun 1988 – 1994 dimana saat itu AC Milan lah yang berada dalam puncak
keemasan sejarah klub itu. Pemain yang menjadi fenomena saat itu adalah trio
Belanda, Gullit – Van Basten – Rijkaard. Trio tersebut didukung oleh pemain
–pemain tim nasional Italia yang menjadi legenda juga bagi Italia, sebut saja
Franco Baresi, Paolo Maldini, Costacurta, Dona doni. AC Milan saat itu bak tim
nasional Italia ditambah dengan trio Belanda. Dapat dibayangkan, klub mana yang
tidak segan dengan kekuatan AC Milan saat itu.
Namun satu hal yang menarik, adanya suatu
prestasi emas dalam sebuah klub itu, membuat hati ini selalu mendukung tim-tim
yang justru ber rival dengan tim itu. Saat ini Real Madrid menjadi pilihan, dan
saat itu, Juventus lah yang menjadi pilihan. Tujuannya satu, ingin membuat
suatu keseimbangan. Sangatlah gembira pada kompetisi tahun 2011 – 2012 ketika
Real Madrid menjadi juara Liga Spanyol dan Barcelona tidak lagi menjadi juara
Liga Champions. Pada waktu itu, sangatlah gembira saat AC Milan mengalami
kekalahan yang pertama kalinya dalam kompetisi liga italia setelah kurang lebih
50 kali pertandingan tidak terkalahkan.
Pertanyaannya kenapa selalu tidak menyukai
suatu klub yang sedang mengalami masa keemasan ?
Apakah termasuk karakter orang yang anti
kemapanan ? *siapa tahu
5 September 2012
Sumber: http://abatabee.blogspot.com/2012/09/anti-kemapanan.html
0 Comments:
Post a Comment