Kebanyakan
orang lebih menyukai barang yang sesuai dengan kondisi aslinya, sesuai dengan kondisi awal barang itu diproduksi, misalnya mobil, motor dan juga sepeda. Tapi jangan salah, mengubah kondisi suatu
barang itu ada 2 tipe, yang pertama adalah dengan meng upgrade beberapa
komponen dari barang untuk meningkatkan performanya dan yang kedua adalah
mempreteli beberapa bagian dari barang tersebut dengan maksud agar terlihat
gaya (unik). Untuk yang pertama, biasanya ini dilakukan karena ada suatu
ketidakpuasan akan performa suatu barang itu, baik dari sisi kemampuan,
penampilan ataupun dari sisi estetika. Kita ambil contoh, untuk mobil. Seorang
penggila mobil khususnya penyuka mobil-mobil custom dengan kemampuan khusus, misalnya untuk
offroad yang mengandalkan kekuatan atau sprint rally yang mengandalkan
kecepatan, maka dia akan merombak satu mobil yang diinginkan itu dengan spesifikasi
khusus yang dirancang untuk memberikan kepuasan dalam berkendara. Nah itu dia, karena
standard kepuasan manusia selalu tidak terbatas, maka biasanya biaya yang
dikeluarkan itu sangat jor-jor an, bisa membuat kita semua tercengang tak
percaya.
Sementara
yang kedua, biasanya ini dilakukan oleh orang-orang yang merasa tidak puas
dengan sisi estetika dari suatu barang, tapi tidak dapat menemukan solusinya
selain dengan mempreteli beberapa bagian yang pada awalnya menempel pada barang
tersebut. Contoh mudahnya adalah pada sepeda motor. Ada satu bagian pada motor
yang mayoritas selalu dilepas oleh setiap penggunanya, yaitu “tebeng” (ntah ini
bahasa baku atau bukan). Buat para pengguna motor, tebeng ini seringkali
dilepas karena dianggap mengganggu penampilan karena tebeng itu biasanya mepunyai
warna berbeda dengan body motor, selain
itu adanya tebeng ini membuat posisi kaki pengendara lebih sempit, sehingga mengurangi
kenyamanan dalam berkendara. Itu secara umum saja, tapi hal ini menjadi suatu
kewajiban buat anak muda. Buat para anak muda yang menggunakan motor pada
umumnya selalu mempreteli beberapa bagian motornya, intinya ingin terlihat
lebih gaya, ingin berbeda dengan motor sejenisnya, tapi karena belum
berpenghasilan, maka mempreteli adalah tindakan yang biasanya dilakukan, ah, jadi inget waktu muda dulu heuheu.
Buat para sepuh,
para kolektor, biasanya lebih mempertahankan originalitas dari
barangnya, entah itu mobil, motor atau sepeda. Sepertinya ada kepuasan
lain jika kita bisa memiliki suatu barang dengan segala keorsinilannya.
Semakin tua itu barang dalam kondisi orsinil, maka semakin antik itu
barang dan semakin dicari oleh orang-orang.
Kalau kita ambil
dari spot yang lain, originalitas itu bisa menjadi suatu daya jual yang
menarik bagi wisata, khususnya wisata alam dan kehidupan alami. Coba
anda pergi ke Kota Garut, setidaknya yang saya tahu, mungkin ada 4
tempat wisata yang menjual konsep originalitas, atau konsep kembali ke
alam, kembali ke kehidupan dimana belum ada polusi-polusi pembangungan
dan mencoba untuk membawa para pengunjung menikmati kehidupan pada era
60 - 70 an. Hamparan sawah yang luas, hewan-hewan peliharaan berlalu
lalang, tembok-tembok rumah masih menggunakan bilik-bilik, memasak
makanan masih menggunakan "suluh" serta tempat mandi yang menggunakan
Pancuran, tidak menggunakan shower ataupun "bathtub" seperti hotel-hotel
masa kini. Yang anehnya, tempat-tempat seperti itu ternyata sangat
laku. Jangan coba-coba anda datang go show pada saat weekend ke tempat
itu, karena dipastikan sudah ter pesan sejak beberapa minggu sebelumnya.
Padahal kalau melihat dari sisi harga, bungalow-bungalow itu seharga
dengan kamar type "deluxe" atau "superior" di hotel bintang 5 di
Jakarta, gile.
Ternyata memang,
harga sebuah originalitas itu tidak terbatas, unlimitted. Orang-orang
lebih menghargai originalitas lebih dari apapun, setuju kah anda ? Jika
memang demikian, lalu kenapa kita tidak ingin menjadi manusia yang
original ? atau nanti dulu, emang bagaimana karakter dan sifat manusia
yang original itu ? apakah saat ini, sikap dan perilaku manusia sudah
tidak original lagi ? *saya minta timeout buat berpikir terlebih
dahulu, apa makna original dalam diri manusia, sebagai hamba-Nya,
sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk ekologis.
0 Comments:
Post a Comment