Sehat itu Mahal, anda percaya ?
Kalau tidak percaya, ya harus percaya hehe. Bagi segenap orang-orang yang
pernah merasakan sakit karena penyakit yang berat pasti tidak akan pernah
menyangkal akan hal itu. Komponen paling awal dari menyembuhkan rasa sakit itu
tentunya adalah obat. Dalam konteks penyakit yang ringan, misalnya sakit kepala
saja, tanpa disadari, kita harus merogoh saku buat membeli obat – obat warung
yang memang bisa dibeli tanpa resep dokter. Namun, jika rasa sakit tersebut
tidak hilang dalam 3 (tiga) hari, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter. Itu yang biasanya tertulis disetiap kemasan obat yang dijual bebas di
warung-warung.
Konsultasi (bahasa halus dari kata berobat) ke dokter biasanya
merupakan awal petaka bagi setiap orang sakit. Kenapa ? ya setiap kita dokter,
rata-rata kita mengeluarkan uang sedikitnya 100 ribu keluar dari dompet kita.
Itu pun biasanya jika si dokter nya itu sudah menyiapkan obat langsung di
tempat prakteknya, tidak perlu menebus resep obat ke apotek. Biasanya hal
tersebut masih ada di pedesaan-pedesaan dimana masih jarangnya apotek yang
dekat dengan tempat praktek dokternya. Sedangka di kota-kota, sudah sangat
jarang ditemukan dokter yan g berpraktek dengan pola seperti itu. Di kota
biasanya dokter hanya memberikan resep kepada pasiennya, untuk kemudian ditebus
di apotek. Mengikuti filosofi “ada gula ada semut”, maka dimana ada dokter maka
disitu bakal ada apotek, begitu juga sebaliknya, dimana ada apotek, maka disitu
ada dokter. Jadi disini posisi nya tidak jelas, siapa yang menjadi semutnya,
siapa yang menjadi gulanya. Heuheu.
Atau mungkin yang lebih hebat
lagi adalah yang adanya itu adalah semut dulu, karena kepintarannya, maka semut
itu mendirikan pabrik gula dan jadilah gula. Jadi jika dikaitkan dengan konteks
dokter tadi, hal yang barusan lebih pas. Jadi yang ada itu adalah dokter dulu,
lalu karena dokternya pintar membaca peluang bisnis, maka dia membuka juga
apotek. Jadi terkesan all in one. Tapi selama itu tidak ada larangan, ya tidak
masalah nampaknya.
Ada sebuah pertanyaan selalu
terlintas dan terlontar kepada diri sendiri. Ketika seseorang sudah menyadari
akan arti pentingnya kesehatan, akan mahalnya kesehatan, lalu apa yang telah
diperbuat agar badan tetep sehat ? agar badan tetap bugar ? agar badan ini
tidak mudah sakit ?
Beberapa hari lalu bertemu dengan
kawan lama, temen seperjuangan di jatinangor dulu. Dulu badannya ceking, kurus
dan tidak nampak ada gairah untuk berolahraga. Disaat yang lain bermain sepak
bola atau basket, dia hanya duduk menjadi penonton. Tapi sekarang, dia nampak
berbeda. Badannya tampak berisi dan otot-otot nya tampak padat. Yang
terpenting, jiwa dan aura sportivitas tampak dari dalam dirinya. Setelah
mengobrol, dia ungkapkan bahwa jadwal dia jogging itu seminggu 3 kali, 2 lari sore hari di senayan, sehari lagi pada
hari Sabtu atau Minggu. Plus dia juga bersepeda di sabtu atau minggu itu. Kemudian dia bilang kalau dia sudah pindah
kosan dari kawasan sudirman, “sumpek, trus ga enak buat dipake sepedaan ke
kantor”. Jadi dia mencari kosan yang rute bersepedanya lebih bersahabat. Hal
terakhir yang dia bilang, “aku minggu depan ikutan lomba adidas king of the
road di Jakarta, be”. Waduh, salut, sangat salut. Sebegitu “care“nya dia akan
kesehatannya, membuat dia berbuat sesuatu yang mungkin dulu tidak dia sukai.
Lalu bagaimana dengan kita ?
punya jadwal rutin olahraga apa setiap minggu ? bersepeda ? jogging ? futsal ?
sepak bola ? bulu tangkis ? apapun itu, asalkan olahraga, pasti jauh lebih baik
daripada nonton tv seharian, betulkan ? olahraga yuk !!
18
September 2012
0 Comments:
Post a Comment