Meretas malam di kantor sudah
lama tidak pernah dilakoni, sampai akhirnya malam ini terjadi lagi. Beberapa
waktu lalu, ada satu prinsip hidup yang coba dipegang kokoh dalam hati. Simpel
tapi hal ini menjadi sangat penting. Prinsip itu adalah dengan tidak menjadikan
urusan kantor my highest priority lagi. Tapi hal ini bukan berarti akan serta
menurunkan kinerja dalam bekerja, tapi hanya merubah mind setting dalam
pikiran.
Jujur sudah hampir 3 tahun
bekerja di kantor yang satu ini, sangat menguras rasa, mengguncang otak. Dan
hal itu sangat membuat mentally sangat lelah dan letih. Dalam bahasa kerennya :
“i cant put down a glass for a while”. Setiap hal-hal kecil yang merupakan
kerjaan terlalu dikerjakan dengan penuh kewaspadaan berlebihan, padahal
seharusnya tidak perlu seperti itu. Sampai-sampai pekerjaan itu terbawa ke alam
mimpi dimana seharusnya pada saat tidur, jiwa dan raga ini beristirahat dari
hiruk pikuk dunia.
Konteks pekerjaan di kantor ini
memang sangat berat, setiap dokumen yang dibuat merupakan representasi dari
seorang Kepala Daerah dan sifatnya langsung berhadapan dengan stakeholder
pembangunan lain. Selain itu, dokumen itu kemudian dijadikan pedoman oleh
kantor-kantor lain di tingkat provinsi dan juga kabupaten. Karenanya, sebisa
mungkin, dokumen yang dihasilkan adalah benar-benar dokumen yang sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan bersifat komprehensif. Dapat mewadahi semua
bidang pembangunan dan juga kepentingan dari kabupaten/kota.
Perubahan mind setting itu
diawali sejak terpanggil mengikuti diklat Perencana beberapa waktu lalu. yang
pasti, bukan karena diklat, tapi karena begitu menikmati adanya waktu luang di
sela-sela kesibukan diklat. Jiwa dan raga seolah tersadarkan bahwa masih ada
sisi kehidupan lain selain mengabdi dan mengabdi.
Seorang tabee pun terbiasa dengan
adanya aba yang sering pulang cepat. Hampir setiap malam selalu ada rutinitas
gendong pundak sebelum masuk ke kamarnya untuk tidur. Hingga ketika minggu
pertama bertugas ke Jakarta dan menginap disana, tabee pun menangis meminta
agar abanya pulang saja. Dia rindu rutinitas nya itu. Namun setelah hampir
sebulan berlalu, tabee sekarang juga sudah terbiasa bertemu dengan abanya hanya
30 menitan saja setiap hari...........hiks hiks
Hidup ini dengan segala
permasalahan yang timbul, bisa dibilang indah, jika dilihat dari sisi yang
terang, dan bisa juga sangat berat jika dilihat dari sisi gelap. Dalam arti
lain, khusnudzan terhadap segala takdir dari Allah dan juga terhadap sikap dan
perilaku dari sekeliling kita menjadi sumber keindahan hidup yang utama. Karena
dengan ber khusnudzan, berarti diri ini
optimis terhadap hidup, dan juga optimis terhadap masa depan. Hidup dalam
kacamata positif, luar biasa dampaknya. Sekali kita terjebak “ngagugu” ke
pemikiran negatif, maka akan berdampak negatif pula kedalam hidup.
Jadi kalaupun setiap hari selalu
meretas malam di kantor, biarkanlah, anggap sebagai suatu terpaan dalam
pengabdian.........semoga bisa selalu berpikiran positif.
17 September 2012
0 Comments:
Post a Comment